Semenjak acara "minum-obat" itu Sonya menjadi semakin dekat denganku. Sikapnya semakin hangat, walaupun aku terkadang suka memarahinya dengan tegas terutama jika dia terlihat malas belajar. Hal itu tidak membuatnya membenciku karena ia juga mengerti bahwa jika seseorang bersikap tegas terhadapnya, selama masih dalam batas kewajaran, artinya orang itu menyayanginya. Aku juga sering melihatnya senyum-senyum sendiri seolah sedang merencanakan sesuatu dan terkadang mencuri-curi pandang padaku dan jika kebetulan pandangan kami bertemu, maka ia melemparkan senyum manisnya sehingga membuatku salah tingkah.
Sore itu aku tengah bersiap-siap untuk pergi bermain basket bersama teman-temanku ketika Sonya muncul di kamarku sambil tersenyum dan berkata, "Sonya sudah putuskan, abang akan Sonya beri hadiah kejutan!".
"Oh ya, apa kejutannya?" tanyaku ringan sambil masih memasukkan barang-barangku ke dalam tas.
"Eeeit.. rahasia doong!" kata Sonya.
"Waah.. Sonya buat abang penasaran aja, yak selesai, Sonya, abang pergi dulu yaa.. cup" kataku sambil mencium lembut bibir tipisnya yang sexy itu.
Hampir tengah malam saat aku kembali pulang dari bermain basket dan kumpul-kumpul bersama teman-temanku. Aku masuk ke dalam melewati garasi karena aku memang memiliki kunci, kulihat mobil Honda CR-V milik Pak Sis terparkir membuat garasi yang luas itu terasa agak menyempit. Hal ini juga berarti bahwa bapak dan ibu Sis ada di dalam rumah sedang beristirahat. Setelah kembali mengunci semua pintu, aku langsung menuju kamarku, lalu mandi. Selesai mandi, aku segera memakai piyamaku lalu pergi tidur. Mungkin karena begitu lelahnya malam itu aku sampai lupa mematikan lampu kecil di mejaku dan lupa mengunci pintu kamarku.
Aku tertidur dengan lelapnya sampai-sampai aku bermimpi dikelilingi banyak bidadari cantik dari kahyangan yang menghangatkan tubuhku dengan pelukan dan ciuman panas menggelora membuat tubuhku serasa terbang ke awan. Aku juga melihat satu bidadari tercantik yang sedang membelai-belai burungku, mengecupnya dengan perlahan lalu mulai memasukkan "milikku" yang mulai berdiri tegak tadi ke dalam mulutnya.
"Aaah.." spontan aku mengerang.
Rasanya begitu hangat dan basah hingga membuat tubuhku menggeliat. Ketika kepala sang bidadari mulai bergerak turun naik, aku merasakan sensasi yang luar biasa nikmatnya hingga mampu membawa jiwaku kembali ke alam nyata.
Perlahan mataku mulai membuka dan aku mulai menyadari bahwa itu semua hanyalah mimpi, tetapi anehnya, ketika aku mulai sedikit tersadar dari tidurku, sensasi nikmat itu masih dapat kurasakan dengan sempurna dan terus berlanjut. Aku segera menyadari bahwa memang ada sesuatu yang sedang benar-benar terjadi pada diriku. Segera kukejap-kejapkan mataku dan berusaha melihat ke arah selangkanganku dan..
Aku tertidur dengan lelapnya sampai-sampai aku bermimpi dikelilingi banyak bidadari cantik dari kahyangan yang menghangatkan tubuhku dengan pelukan dan ciuman panas menggelora membuat tubuhku serasa terbang ke awan. Aku juga melihat satu bidadari tercantik yang sedang membelai-belai burungku, mengecupnya dengan perlahan lalu mulai memasukkan "milikku" yang mulai berdiri tegak tadi ke dalam mulutnya.
"Aaah.." spontan aku mengerang.
Rasanya begitu hangat dan basah hingga membuat tubuhku menggeliat. Ketika kepala sang bidadari mulai bergerak turun naik, aku merasakan sensasi yang luar biasa nikmatnya hingga mampu membawa jiwaku kembali ke alam nyata. Perlahan mataku mulai membuka dan aku mulai menyadari bahwa itu semua hanyalah mimpi, tetapi anehnya, ketika aku mulai sedikit tersadar dari tidurku, sensasi nikmat itu masih dapat kurasakan dengan sempurna dan terus berlanjut. Aku segera menyadari bahwa memang ada sesuatu yang sedang benar-benar terjadi pada diriku. Segera kukejap-kejapkan mataku dan berusaha melihat ke arah selangkanganku dan..
Betapa terkejutnya aku ketika kulihat Sonya sudah berada di tempat tidurku dan sedang memberiku blow job!! Aku segera berusaha untuk mendorong kepalanya dengan kedua tanganku secara perlahan agar Sonya segera melepaskan hisapannya pada "batangku" karena apa yang ia lakukan padaku saat ini sangatlah nekad dan berbahaya di mana kedua orang tuanya sedang berada di rumah, beristirahat di kamar yang tidak jauh dari kamarku.
"Bagaimana jika ketahuan?" pikirku panik. Kedua tanganku berhasil meraih kepala Sonya dan mendorongnya secara perlahan agar melepaskan milikku, tetapi tiba-tiba aku merasakan penolakan darinya dan rasa sakit, karena ternyata.. Sonya juga menggunakan giginya untuk mencengkram "batangku" agar hisapannya tidak lepas, sementara dapat kulihat pula matanya menatap tajam ke arahku seolah ia berkata "jangan ganggu aku!!"
Aku pun segera angkat tangan dan hanya bisa bersikap pasrah saja terhadapnya saat itu. Melihatku pasrah, perlahan ia lepaskan cengkraman giginya dan mulai meneruskan aktivitasnya kembali. Kepalanya kembali turun naik dengan perlahan seolah ia sangat menikmatinya sementara lidahnya menggelitiki lubang burungku. Kelihatannya Sonya sudah sering berlatih dengan pisang itu sehingga ketika pertama kali ini menerapkannya padaku, ia sudah seperti cewek yang berpengalaman. Ketakutanku sudah tidak bisa lagi mengalahkan rasa nikmat yang kuterima, aku mulai mendesah dan membelai kepalanya.
Hisapan, jilatan dan kuluman yang ia berikan pada batang dan zakarku membuatku tidak bisa bertahan lebih lama lagi, Sonya memang benar-benar hebat untuk seorang pemula.
"Aaah.. sshh.. Sonya cantik, abang ngga tahan.. sshh.. udah mau keluar.. aah..!", Mendengarku berkata demikian, ia segera menggunakan tangan kanannya untuk mengocok batangku sementara ia tetap menghisap dan mempertahankan bagian kepala di dalam mulutnya, lidahnya juga turut memberikan kehangatan belaian-belaian kasih.
"Aaah.. aahh..!" aku sudah tidak kuasa menahan kenikmatan yang bertubi-tubi ini, tubuhku tersentak-sentak dan akhirnya "croot.. crroot.. crroot.." cairan spermaku memancar keras di dalam mulut Sonya. Tubuhku melemas seiring dengan menjalarnya kenikmatan orgasme ke seluruh jiwaku, sementara Sonya masih meneruskan hisapan dan jilatannya seolah-olah tidak ingin ada yang tersisa. Penerimaan diri, kehangatan dan kasih sayang yang ia curahkan terasa sangat menyejukkan jiwaku. Sonya benar-benar seorang bidadari mungilku.
Setelah selesai menikmati spermaku, ia mendekatiku seraya berkata "Abang suka hadiah Sonya tadi?" Aku tersenyum haru dan mengangguk, kubelai lembut kepalanya lalu ia merebahkan kepalanya di dadaku sambil memelukku.
"Abang sayang sama Sonya" bisikku.
Kukecup mesra kepala bidadariku ini, wangi rambutnya mendamaikan perasaanku. Kupeluk dan kubelai mesra tubuhnya sampai ia benar-benar kembali tertidur dalam kehangatan pelukanku. Jam mejaku menunjukkan pukul 3.30 pagi saat aku mengangkat tubuh Sonya perlahan, menggendongnya kembali ke kamar tidurnya. Jaraknya tidak terlalu jauh, namun aku harus melewati kamar kedua orangtuanya. Hal itu menjadikan perasaanku sangat tegang karena harus bergerak perlahan untuk menghidari suara gaduh. Terlebih bila kudengar suara batuk dari dalam kamar ortunya, maka aku akan berdiri mematung sembari memejamkan mata, saat itu bahkan rasanya detak jantungku bisa didengar orang sekampung.
Akhirnya aku berhasil mengembalikan Sonya ke tempat tidurnya, menyelimutinya, lalu cepat-cepat kembali ke kamarku. Sesampainya di kamar, kubuka sedikit kaca jendela dan kutanggalkan bajuku yang basah oleh keringat, lalu kunyalakan rokok dan kuhisap dalam-dalam untuk menenangkan pikiranku. Pagi itu merupakan pagi terindah yang pernah kualami seumur hidupku.
Suara burung yang berkicau riang menyambut pagi terdengar bagaikan sebuah sonata nan indah yang seolah juga turut mengiringi kebahagiaan perasaan diri ini setelah menerima "hadiah-kejutan" luar biasa, yang pernah diberikan seorang bidadari mungil padaku. Segar rasanya tubuhku pagi itu walaupun kurang tidur semalaman, kuhirup udara pagi yang segar itu sedalam-dalamnya sambil kukayuh santai sepedaku menuju sekolah. Aktivitas rutin pun berjalan seperti biasanya di sekolah, hanya saja teman-temanku menilai sikapku menjadi lebih riang dibanding hari-hari lainnya. Siang itu sepulang sekolah, aku menuju rumah temanku untuk mengerjakan tugas kelompok, padahal aku sudah sangat ingin pulang dan bertemu Sonya secepat mungkin, tetapi.. apa boleh buat, aku harus menyelesaikan tugasku terlebih dahulu.
Sore itu aku baru bisa kembali bersepeda pulang ke rumah dan sesampainya di halaman aku melihat mobil CR-V Pak Sis nongkrong di sana.
"Wah, belum aman nich!" pikirku.
Aku segera menyimpan sepedaku di garasi, segera menuju kamarku lalu mandi. Saat makan malam aku juga masih belum melihat Sonya, hanya Tia yang terlihat baru bangun.
"Sonya belum pulang pak?" tanyaku.
"Ooh sudah pulang tadi siang, tapi lalu ia bapak antar ke rumah Ani, katanya mau mengerjakan tugas sekolah yang penting.
"Oh ya, bapak juga ingin menyampaikan bahwa besok sore ibu dan bapak akan berangkat ke Jakarta, baru lusa menuju Australia selama 1 minggu karena ada keperluan bisnis yang mendesak" kata Pak Sis dengan wajah yang berseri-seri.
"Lho, kok mendadak sekali pak?" tanyaku.
"Sebenarnya tidak mendadak, berita ini sudah bapak terima dari kemarin-kemarin, bapak juga sudah dibelikan tiket oleh perusahaan, Sonya dan Tia pun sudah bapak beritahu kemarin malam, hanya kamu saja yang tidak ada" jawab Pak Sis semangat.
"Bapak mau berpesan padamu agar selama kami pergi, kamu yang bertanggung jawab penuh di rumah ini dan juga harus menjaga dan memperhatikan Sonya dan Tia, bantu mereka terlebih dalam pelajaran agar tidak mendapat nilai buruk dalam ujian, kamu mengerti?" tanya Pak Sis tegas.
"Iya pak, saya mengerti" jawabku.
"Baiklah, kalau begitu sekarang bapak jemput Sonya dulu" kata Pak Sis dengan wajah yang cerah sambil mencium kening ibu Sis.
"Hati-hati ya pak!" kata ibu Sis.
Aku sudah tidur di kamarku saat Pak Sis dan Sonya kembali ke rumah sehingga hari itu hampir bisa dikatakan bahwa kami tidak bertemu karena kesibukan masing-masing.
Keesokan harinya, sepulang sekolah aku segera pulang ke rumah untuk membantu bapak dan ibu Sis menyiapkan segala yang mereka butuhkan. Setibanya di rumah kulihat koper-koper besar yang sudah siap dibawa, tertata rapi di ruang tamu. Pak Sis kemudian memintaku untuk mencarikan taksi karena menurutnya cara itu lebih baik daripada hanya menelepon lalu menunggu. Aku segera keluar dan mencari taksi kosong di pinggir jalan besar yang agak jauh dari rumah. Tidak lama kemudian menaiki taksi yang kupanggil. Aku segera mengangkat koper-koper besar itu ke dalam bagasi sementara Tia dan Sonya membantu dengan membawakan beberapa tas kecil. Setelah seluruh barang yang akan di bawa sudah dimasukkan ke dalam taksi, bapak dan ibu Sis memanggilku ke ruang tamu sementara Tia, Sonya dan si Was menunggui taksi di luar.
No comments:
Post a Comment