Sambungan dari bagian 01
Tiba-tiba dia duduk di pangkuanku dan, "Bless.." masuk kepala jamurku, aku terkejut karena tidak menyangka akan begitu, aku pikir cuma mau dimasturbasi saja. Benar tidak siap mental aku kehilangan perjakaku dengan keadaan seperti ini, aku selalu membayangkan sebelumnya lain. Aku bayangkan dengan teman sebaya. Dan luar biasa namanya otot vagina itu bisa ya seperti nyedot begitu dan seperti dijepit dengan apa ya.. susah jelaskan. Kami beraksi tanpa bicara banyak, dan sambil takut si ibunya datang atau anak-anak itu kan bisa tiba-tiba lari ke ibunya. Dan Tante Ida turun pelan-pelan, aku merasa agak sakit waktu turun itu, kulit kepalaku ikut tertarik terus (aku tidak dikhitan). Dan akhirnya Tante Ida sudah duduk rapat di atas pangkuanku. Dan ia mulai berputar-putar hanya pinggangnya saja, dan nanar mataku menikmati itu. Jadi penisku di dalam terus, Tante Ida tidak maju-mundur, ia cuma berputar searah jarum jam atau ke depan belakang, aku terus meremas-remas adonan daging dadanya. Dasar aku masih belum bisa, baru kira kira 4 - 5 menit aku sudah merasa gelombang orgasmeku mulai meluap dan aku tidak bisa ngomong cuma remasan di buah dada Tante Ida. Tanpa sadar aku jadi meremas kencang sekali. Tante Ida tahu dan dipercepatnya dan perahan ototnya tambah kencang, ia juga rupanya (aku tahu belakangan) mau mencapai orgasmenya.
Ia duduk di penisku masuk dalam sekali dan terasa bibir vaginanya di buah zakarku, ia memutar hebat dan aku orgasme terhebat dalam sejarah hidupku sampai waktu itu. Supaya tidak menjerit aku tekan mulutku di punggung Tante Ida. Dia juga rupanya sampai dan terengah-engah. Tiba-tiba si Ita anaknya yang besar melihat ke kami dan katanya, "Mama kenapa?" Kami seketika membeku diam dan untung si Ika nonton terus karena pas film kartunnya lagi asyik. Pelan-pelan Tante Ida mencabut sambil mengencangkan cengkraman ototnya, rupanya supaya spermaku jangan tumpah kemana-mana. Dan dia bangun sambil membawa selimutnya terus ke kamar mandi. Aku cepat bersila dan kututup dengan majalah. Wah baru aku nutupi dan Tante Ida masuk kamar mandi, Bu Etty si oma masuk kamar dan bilang,
"Eh, anak-anak ayo tidur sudah hampir jam 10.00 malam nih. Eh ada nak Toto juga, mana Ida?"
"Oh.. itu.." gelagapku, "Lagi ke kamar mandi."
Untung si oma tidak curiga dia kira aku ikut nonton barangkali ya.
"Ayo Oma mau bobo!"
Pas film kartunnya habis dan mereka bilang,
"Selamat malam Kak.."
Begitu mereka pergi aku ikutan masuk kamar mandi, dan si tante masih jongkok sedang mencuci vaginanya. Aku dekap dari belakang dan si tante berdiri dan kegelian karena penisku mentul-mentul menyentuh bukit pantatnya. Aku belum lihat benar bagaimana badan si tante dan aku agak mundur.
Seketika penisku tegang lagi karena yang kulihat sekarang nyata bukan dari tempat mengintip. Dan tangan si tante memegang lagi batang penisku sambil menyiramnya untuk mencuci yang tadi. Aku gemetar karena pengalaman seperti ini luar biasa untuk anak seumurku. Buah dada Tante Ida menantang dan tegar, kelihatan pori-porinya meremang karena udara agak dingin di kamar mandi. Dan itu bukit vaginanya gundul sekali dan agak merekah merah terbuka bekas tadi. Aku tak tahu mesti apa selain meraba buah dadanya lagi kali ini dari depan. Tante Ida menarik aku dan mencium bibirku, aku menurut saja dan badan kami merapat. Tangannya terus mengurut-urut batang penisku. Dan aku meraba pantatnya yang sintal kencang. Buah zakarku pun diremas-remasnya pelan-pelan. Kemudian Tante Ida menaikkan kakinya sebelah ke atas bak dan dimasukkannya lagi penisku. Lincir sekali dan panas terasa di batangku. Kali ini Tante Ida bergoyang maju-mundur dan pantatku juga ditekannya mengikuti irama. Aku ikut saja menggoyangkan sambil memeluk, mengisap putingnya, mencium bibirnya.
Beberapa saat kami bergoyang sama-sama, tapi pahanya Tante Ida pegal rupanya dan dicopotnya penisku, kemudian ia berbalik dan nungging pegangan ke bak mandi. "To dari belakang To," dan tangannya diulurnya dari tengah selangkangannya, ditariknya penisku dan pelan-pelan digosoknya ke bibir vaginanya. Aduh panas banget deh itu bibir, terus aku desak maju dan "Bless.." kepala jamurku masuk bergesek-gesek lincir dengan dinding lubangnya. Tante Ida juga bereaksi dan pinggulnya berputar seperti penari perut itu. Aduh luar biasa deh, aku nanar dan tidak bisa mikir lagi. Pantatku maju-mundur penisku menggaruk-garuk lubang. Dari posisi ini aku bisa lihat jelas batang penisku basah kuyup dan bibir vagina Tante Ida ketarik keluar-masuk. Tanganku mengulur ke depan meremas buah dadanya yang menggantung besar dan bergoyang menggeletar, nafas Tante Ida mendengus desah. Akhirnya aku meledak-ledak lagi dan Tante Ida terbantar dia rupanya sudah duluan orgasme. Setelah itu kami mandi di pancuran sama-sama dan saling meraba-raba berpelukan dan aku puas sekali memerah susunya. Buah dadanya juga buat aku bagus sekali, aku puas sekali meremas-remas itu. Luar biasa wanita ini.
Kemudian kami lanjutkan lagi di ranjang. Dan aku cuma bisa rebah di bawah dan Tante Ida yang naik di atas. Pantatku diganjal dengan bantal dan terasa penisku lebih terulur, si tante meremas penisku yang lemas dan pelan-pelan diciumnya kepala penis dan akhirnya dimasukkan ke mulut dan aku melenguh-lenguh geli dan agak linu karena sudah dua kali main. Tak lama penisku tegang lagi dan tante naik menunggangiku sekali lagi menghadapi aku. Buah dadanya bergayut bebas dan liar, aku meremas-remas sambil menikmati kenyotan vaginanya yang kencang sekali. Tante Ida ini benar-benar kuda betina binal sekali. Diputarnya pinggulnya dan terasa sekali dinding otot daging vaginanya meremas-remas batang penisku. Pelan-pelan orgasmeku mulai bergelombang akan keluar tiba-tiba, dicabutnya vaginannya, aku menjerit, "Aduhh Tante terusinn dongg.." Dia tertawa dan diputarnya badannya dan dipegangnya penisku yang sudah panas sekali. Sekarang tante membelakangiku, dibimbingnya penisku masuk, ia turun dan "Bless.." aku bisa melihat bibir vaginanya merekah dibelah penisku. Dan ia mulai lagi bergoyang seperti penari jaipong, luar biasa tak tergambarkan, enak.
Tak lama aku meledak, dan si tante mengandaskan penisku semua masuk dan ia masih membuat gerakan memutar dengan pinggulnya dan kakinya lurus, ditekannya habis dan tante pun meledak-ledak melenguh keras, "To.. enak sekali To.." Benar-benar wanita luar biasa. Dia bilang dia suka sekali hubungan kelamin. Tapi suaminya sering tugas ke luar kota dan seperti sekarang ini setahun penuh belajar di **** (edited). Malam itu jam 24.00 lebih baru aku dilepas sama Tante Ida. Aku masih berkali-kali lagi sama dia selama suaminya sekolah itu. Dan ketika aku kemudian sama Ita anaknya, Adeline keponakan Tante Ida juga aku sempat enjoy sama-sama waktu Tante Ida ke luar kota sama suaminya.
Aku masih berkali-kali lagi sama dia selama suaminya sekolah itu. Dan ketika aku besar kemudian Ita anaknya juga pernah ngelmu sama aku (gantian setelah aku ngelmu sama seniornya). Adeline keponakan Tante Ida juga aku sempat enjoy. Ada lagi Mbak Icih pembantu di rumahnya yang molek juga. Pengalaman-pengalaman di situ sangat berkesan dan mendidik aku tentang hal sex.
Besoknya tengah hari, aku ke rumahnya lagi karena pagi-pagi tadi aku terbangun sudah tegang sekali terbawa ke impian segala pengalaman pertama itu. Aku mengharapkan bisa main lagi karena biasanya anak-anaknya suka dibawa jalan-jalan sama ibunya Tante Ida kalau hari Minggu. Rupanya sudah pada pergi karena sepi sekali, wah asyik aku pikir dan nafasku terasa sudah terengah-engah membayangkan apa yang akan aku alami. Kok sepi sekali, tidak kedengaran suara, ah mungkin si tante tidur, aku pikir. Aku pelan-pelan ke kamarnya, tidak ada. Kemana ya? Di kamar mandi aku lihat juga tidak ada. Aku ke paviliun kamar Bu Etty ibunya Tante Ida mungkin lagi beres-beres di situ, pikirku. Tanpa mengetuk aku masuk dan dari balik pintu aku lihat ada bayangannya sedang membungkuk membelakangi di dekat ranjang, segera aku masuk dan kupeluk dari belakang sambil meremas-remas buah dadanya. "Aiihh.." jeritnya. Astaga! rupanya Bu Etty, bukan Tante Ida sedang setengah telanjang baru mandi.
Aku ternganga dan tidak bisa bicara dan Bu Etty lemas karena kaget terduduk di ranjangnya. "Duhh nak Toto kenapa ngagetin Ibu.." dan dia terduduk di ranjangnya, handuk yang sekedar menutup tubuhnya tidak cukup panjang sehingga bagian atas handuk turun ke perutnya buah dadanya menggandul lepas bebas. Aku tambah menganga melihat itu dan penisku di dalam celana pendekku tidak tahu diri, dia masih tegak saja seperti tiang bendera tujuh belasan. Kami terdiam dan Bu Etty tak berusaha menutup buah dadanya yang masih sintal. Memang ibu dan anak ini dikaruniai tubuh yang amat seksi. Bu Etty umurnya kurasa sudah berumur tapi badannya amat terpelihara, ya seperti itu loh ibu-ibu yang rajin minum jamu-jamuan. Buah dadanya sama seperti Tante Ida biar agak sedikit turun, dan dia lebih tinggi dari Tante Ida, jadi anggun sekali.
"Mau ngapain nyari Tante Ida?" tanyanya tanpa sungkan.
Aku tergagap-gagap.
"Eh.. oh itu mm nyari majalah.."
"Lho kok meluk-meluk dan meremes-remes tetek orang," sergahnya.
Aku tambah pucat dan tidak sadar atau terpikir bahwa Bu Etty kok tidak berusaha menutupi payudaranya itu yang kontal-kantil di depanku.
"Itu anu.. anu.. aku.. sa.. sa.. saya tidak sengaja.." gagapku.
"Mana bisa tidak sengaja orang kamu sudah ngeremes-remes, sakit tahu.." bentaknya lagi, "Sini kamu!" sergahnya.
"Tanganmu lancang sekali ya, coba sini mana tanganmu! aku mesti laporin sama ayah kamu."
Aku sudah tambah hijau biru pucat pasi dan keringat dinginku deras mengalir di punggungku. Penisku yang tadi sudah tegang jadi mengkerut kecil sekecil-kecilnya lembek di dalam celanaku seperti kura-kura kena gertak kepalanya, masuk deh ke dalam batoknya. Malah ingin ngompol rasanya.
Bersambung ke bagian 03
No comments:
Post a Comment