Wednesday, August 14, 2013

Cerita Sex sedarah : Ayah Tiri dan Anaknya

Virna adalah sosok gadis yang mempesona, masih muda usianya yang baru menginjak 18 tahun, cantik, putih mulus dan sangat ramah sifatnya. Dia merupakan gadis yang menonjol di SMU karena kecantikannya sehingga banyak teman laki-laki di sekolahnya yang naksir padanya. Ada satu laki-laki yang akhirnya bisa dekat dengannya dan kemudian menjadi pacarnya, yaitu Tommy, kakak kelasnya.Virna tinggal bersama ibu kandung dan ayah tirinya. Ayah kandungnya meninggal 1 ½ tahun yang lalu karena kecelakaan di jalan raya. Kemudian ibunya menikah lagi dengan seorang laki-laki yang merupakan teman ayahnya yang banyak membantu mengurus kematian ayah kandungnya saat pemakaman dulu. Namanya Dedi, usianya terpaut lebih muda 4 taun dengan ibunya Virna. Dedi berusia 38 tahun sedangkan Mira, ibunya Virna berusia 42 tahun. Mira mau menikah lagi dengan Dedi karena dianggapnya Dedi begitu berjasa saat mengurus kematian suaminya dan juga merupakan teman dekat ayahnya di usaha yang dirintis ayahnya. Buat Dedi sendiri menikahi Mira merupakan suatu anugrah, karena selain merupakan istri mantan atasannya semasa masih hidup, Mira mewarisi kekayaan suaminya yang lebih dari cukup untuk hidup layak bersama anak dan suami barunya. Perusahaan yang sebelumnya dipimpin suaminya kini beralih dipegang oleh Dedi dan dapat dijalankan dengan baik oleh suami mudanya itu. Walau memasuki usia awal empat puluhan, kecantikan Mira masih terlihat, sehingga bila tidak dengan Dedi, masih banyak laki-laki lain yang bersedia dengan tangan terbuka menggantikan tempat almarhum suami janda yang cantik dan kaya tersebut.Dedi sangat menyayangi dan memperhatikan Mira, membuat Mira sangat beruntung dipersunting oleh Dedi. Laki-laki muda yang penuh perhatian itu bukan hanya membuat bangga istrinya, namun juga membuat kagum anak tirinya. Virna melihat begitu sayang dan perhatian ayah tirinya kepada ibunya, seakan-akan mereka pasangan yang baru menikah saja, padahal sudah 1 ½ tahun waktu berlalu dari saat mereka menikah. Di mata Virna, ayah tirinya merupakan laki-laki yang sangat tanggung jawab. Diam-diam dia sangat mengidolakan ayah tirinya. Di mata Dedi sendiri, Virna merupakan seorang anak gadis yang memikat hatinya dari sejak pertama bertemu. Kelembutan, kecantikan, kebaikan sifat dan kemanjaanya membuat Dedi dari hari ke hari semakin suka dan sayang pada anak tirinya tersebut. Jadilah hubungan ayah dan anak tersebut menjadi hubungan yang akrab dan erat. Tidak jarang Virna sering bermanja –manja dengan aya tirinya, terutama bila sedang merajuk karena dimarahi ibunya atau minta dibelikan sesuatu. Yang paling berbahagia melihat hubungan mereka adalah Mira sendiri. Awalnya dia khawatir akan ada penolakan atau kesenjangan hubungan antara Virna dengan ayah barunya, seperti yang selama ini dia lihat. Tidak jarang seorang anak bersikap apriori dengan ayah/ibu barunya karena selalu dibanding-bandingkan dengan ayah/ibu kandungnya. Hal itu tidak terjadi pada Virna dan Dedi. Semakin hari dia melihat hubungan keduanya semakin harmonis dan akrab. Bahkan tidak jarang Dedi selalu lebih memperhatikan kebutuhan Virna atau bila dimarahi oleh ibunya, Dedilah yang selalu membela dan membenarkan Virna, sehingga anak itu semakin manja teradap ayah tirinya. Ada terselip perasaan bahagia di hati Mira mendapati kenyataan itu. Mira begitu percaya Dedi bisa menjadi suami sekaligus ayah yang baik buat anaknya.Siang itu, di hari Sabtu, Virna memasuki rumah dengan muka cemberut dan menghentakkan kaki serta membanting tubuhnya di sofa ruang keluarga. Nampak gurat kekecewaan dan kemarahan di mukanya yang bersih dan cantik itu. Ibunya baru saja akan berangkat menuju butik miliknya yang berjarak beberapa blok dari rumahnya dengan diantar suaminya. Namun kedatangan putri kesayangannya sejenak menghentikan persiapan berangkatnya. Dedi sendiri masih menyiapkan diri untuk mengantar dan masih berpakaian di kamar.“Ada apa Virna, kok datang-datang, kamu malah cemberut begitu, pake banting-banting kaki lagi...”, kata ibunya setengah menegur.“Ada masalah ya di sekolah ?”, lanjut ibunya, melihat anak kesayangannya diam saja saat ditanya.Virna tidak menjawab, hanya linangan air mata yang nampak di pipinya. Mira paham, anaknya sedang sedih dan tidak mungkin mau menjawab semua pertanyaanya. Lagipula dia sendiri agak terburu-buru untuk segera berangkat. Tadi ada telpon dari butiknya yang mengatakan bahwa ada pembeli yang sedang menunggu kedatangannya. “Kalau kamu mau bicara sama ibu, nanti sore tunggu ibu ya sayang...”, ucap ibunya yang diakhiri dengan kecupan sayang di keningnya. Kemudian wanita itu berlalu menuju garasi mobilnya.Virna, menghela napas panjang, ia menyadari ibunya sangat menyayanginya, namun tidak mungkin ia menceritakan sebab kenapa dia datang dari sekolah dengan keadaan seperti ini. Dia sedang marah sekaligus kecewa, di depan matanya sendiri, dia melihat Tommy kekasih hatinya sedang berduaan dan bahkan bermesraan dengan seorang gadis lain. Yang membuatnya sangat sakit hati adalah gadis yang sedang lengket dengan kekasihnya adalah Tina yang merupakan sahabatnya sendiri. Rupanya mereka selama ini diam-diam menjalin hubungan di belakang punggungnya. Dan Tommy yang selama ini telah menjadi pacarnya, sangat disukai dan didukung oleh ibunya. Ibunya secara terus terang mengatakan bahwa Tommy adalah anak laki-laki yang baik dan pantas menjadi pacarnya Virna. Sebenarnya awalnya Virna tidak terlalu menyukai Tommy, karena Virna tahu, Tommy itu playboy, sering berganti-ganti cewek, namun karena begitu gigihnya laki-laki itu mengejar dan meyakinkan dirinya, bahwa ia sangat mencintai Virna, ditambah lagi dukungan yang kuat dari salah seorang tuanya, termasuk saat Tommy datang berkunjung ke rumahnya, maka secara perlahan akhirnya Virna mau menjadi pacarnya Tommy. Hanya ayah tirinya yang selama ini bersikap bijak, tidak memihak, tidak mendukung atau melarangnya dekat dengan Tommy. Karena itu Virna malas untuk menceritakan masalahnya pada mamanya setelah beliau pulang nanti, pasti akan di belanya Tommy habis-habisan. Enta Virna bingung mengapa mamanya bersikap demikian. Apakah mungkin Tommy berasal dari keluarga yang sangat kaya, dengan ayahnya Tommy merupakan sebuah presiden direktur sebuah perusahaan elektronik besar di negeri ini.“Ada apa Virna sayang ? Bolehkah ayah menjadi curahan derita sedihmu kali ini...?”, keta-kata lembut menyapa telinga Virna, yang berasal dari ayah tirinya, sesaat setelah mobil ibunya meninggalkan rumah. Dedi mendekat ke anak tirinya yang sedang duduk di sofa, merangkulnya lembut dan mengusap rambut kepalanya yang panjang hitam. Tatapan matanya yang juga lembut dan senyumnya yang hangat menyapa wajah Virna yang sedang diselaputi mendung. Virna tidak tahan dengan perhatian ayah tirinya yang luar biasa siang itu, di saat dia sedang sedih dan bahkan di saat ibunya lebih sibuk dengan urusan butiknya, ternyata ayahnya menawarkan kehangatan perhatian padanya. “Ayah....”, cetus Virna sambil menghambur dalam pelukan Dedi yang hangat. “Tenang sayangku...ada apa ‘nduk....kok sampai menangis ?...apa ada yang menjahati kamu ?” berondong Dedi pada Virna, seraya memeluknya erat dalam dekapannya. Virna menangis kuat di dada ayahnya. Dedi membiarkan anak tirinya menumpahkan kesediahannya beberapa saat untuk melepaskan ganjalan di dadanya. Setelah tenang, dengan ditepuk-tepuk lembut di punggunggnya, Virna akhirnya menceritakan bagaimana dirinya memergoki Tommy sedang berjalan dengan mesra dan berkencan dengan Tina, teman dekatnya selama ini. Dengan mata kepalanya sendiri, dia melihat kenyataan yang sangat tidak diduga dan menyakitkan itu. Hancur sudah hati Virna. Sakit sekali didadanya atas penghianatan kekasih h atinya. Kembali Virna sesenggukkan meluapkan emosi hatinya. Dedi kembali merangkulnya dengan hangat. Dibisikinya dengan lembut ditelinga kirinya kata-kata yang membujuk, “ Sudah...jangan terlalu sedih Virna sayangku...biarkan saja Tommy itu berlalu...dia sungguh tidak pantas untuk kamu...lupakanlah dia...untuk apa kau banyak menangis untuk manusia seperti itu...bangkitlah...tersenyumlah...paling tidak untuk ayahmu...”. Dedi mengangkat dagu Virna ke atas, di usapnya air mata yang masih menggenang di kedua kelopak mata anak tirinya itu, kemudian dikecupnya kelopak mata yang terkatup tersebut. Sunggu sentuan yang sangat melenakan dirasakan oleh Virna. Di saat seperti ini, ia merasa sangat dekat sekali dirinya dengan ayah tirinya. Seakan hanya ayah tirinya yang paling tahu apa yang menjadi kebutuhannya, apa yang menjadi jeritan hatinya. Virna merebahkan kepalanya pada bahu Dedi, dan ia mendekap aya tirinya dengan erat, seakan tidak mau lepas. Dedi melanjutkan kecupannya pada kening halus dan lembut milik Virna. Dikecupnya dengan lembut dan lama. Virna memejamkan mata, merasakan dan meresapkan kelembutan kecupan Dedi. Hatinya berdesir, dan lebih berdesir lagi manakala bibir Dedi yang hangat menyentuh ujung hidungnya yang bangir. Dan tubuhnya gemetar saat bibir ayah tirinya sampai di bibirnya dan mengecup dengan lembut. “Ah....ayah....”, Virna merintih, serta membiarkan bibir indahnya dipagut dengan erat oleh bibir ayah tirinya. Sejenak bibir Virna berusaha melepaskan diri pari pagutan ayah tirinya. “Ayah....ini sebenarnya tidak.....”, protes Virna, terputus oleh ucapan Dedi berikutnya, “Sssttttt....sssttt....sudah Virna, jangan kamu pikirkan...biar ayah yang menyembuhkan luka dihati kamu ya nak....ayah sayang sekaliiii sama kamu....”, kembali bibir Dedi melumat dengan hangat bibir indah Virna. Kali ini Virna tidak berusaha melepaskan diri bibirnya lagi, gemetar badannya bertambah kuat, apalagi tidak lama kemudian lidah Dedi berusaha masuk ke dalam mulut Virna. Lidah itu meluncur masuk dan membelit lidah Virna. Begitu pandainya lidah Dedi bermain di dalam mulut Virna, sehingga perlahan-lahan lidah Virna terpancing masuk ke dalam mulut Dedi, dan Dedi menghisapnya. Kembali badan Virna gemetar nikmat. Mulut mereka akhirnya lepas. Terengah-engah napas Virna dibuatnya. Sejenak Dedi menatap matanya, namun Virna menundukkan kepala karena malu, nampak ronsa merah di wajahnya yang membuat wajahnya yang sudah cantik bertambah cantik di mata Dedi. Tidak tahan Dedi dibuatnya, didekapnya tambah erat tubuh sintal milik anak tirinya itu, kemudian dikecupnya leher Virna yang jenjang dan mulus. Lidahnya bermain di permukaan kulit leher yang putih dan berbulu halus, menyapu semua permukaan leher hingga ke balik telinga kirinya, dan bahkan lidah itu menelusup masuk ke liang telinga kirinya. “Oh...ayah....geli ayah....”, menggelinjang Virna merasakan sapuan lidah ayah tirinya yang memabukkan itu. Namun ayahnya tidak peduli, lidahnya kembali menyapu leher Virna yang sebelah kanan, melakukan hal yang sama terhadap leher kirinya, seraya secara perlahan tangannya membuka kancing seragam sekolah Virna yang masi dikenakannya. Sedikit demi sedikit tanpa disadari oleh Virna yang masih terbius oleh nikmatnya jelujuran lidah ayah tirinya yang menyentuh saraf-saraf peka di leher dan liang telinganya. Akhirnya 3 kancing atas seragam sekolahnya terbuka juga. Selanjutnya lidah Dedi kembali merayap di leher menuju ke dada dengan gerakan lembut dan terkendali. Virna kembali merinti, matanya terpejam, menikmati dan meresapkan kenikmatan yang diberikan oleh sapuan lidah Dedi. Sudah hilang dan tertutup nalarnya akibat cumbuan yang bertubi-tubi itu. Virna sudah tidak ingat bahwa yang menggelutinya adalah ayah tirinya sendiri. Lidah Dedi bergerak kembali menyelusuri dadah puti dan halus milik Virna. Demikian lembut gerakan lidah itu, sehingga Virna merasa dadanya seakan dirambati ribuan semut, geli-geli nikmat. Sementara itu tangan Dedi yang lincah, menerobos masuk ke baju seragam sekolah Virna, menuju bagian punggung anak tirinya, melepas kaitan BH cream miliknya. Tangan Virna sempat menahan tangan Dedi sewaktu akan membuka kaitan BH tersebut, seraya berkata “ Jangan ayah...ohhh Virna tidak akan tahan......”. Tapi dengan tenang dan lembut Dedi tersenyum seraya mengecup kembali bibir Virna yang merah dan sangat menggiurkan, tanpa membatalkan upayanya untuk tetap melepas kaitan BH creamnya. Akhirnya terlepaslah BH cream tersebut, dan membebaskan sepasang payudara yang sangat indah milik anak tirinya yang sangat cantik. Sejenak Dedi termangu memandang payudara yang sudah sangat lama diinginkannya secara diam-diam. Dan sekarang nampak menggantung indah di depan matanya. Virna nampaknya sudah pasra, dan akan merasa malu bila ayah tirinya memandang payudara yangs angat indah itu. Karena itu Dedi tidak lama-lama memandangnya, dilumatnya payudara yang berwarna putih susu itu dengan punggungnya yang berwarna kehijauan yang menggambarkan urat-urat darah yang menuju ke puncak gunung berupa puting payudara yang berwarma merah jambu. Payudara yang berdiri tegak menjulang ke langit dan masih sangat kenyal. Nampak sekali bahwa payudara ini masih sangat jarang disentuh tangan lelaki, sehingga kekenyalannya masih sangat terasa. Hal itulah yang dirasakan oleh Dedi saat menyentuh puting payudara yang sangat menggemaskan itu. “Oh ayaaaaaahhhh.........”, Virna meronta seraya meletupkan jeritan nikmatnya, kepalanya dilontarkan ke atas, mendongakkan kepala seraya mengekspresikan kenikmatan luarbiasa yang dirasakan di ujung payudaranya, seraya mendekap erat kepala ayah tirinya, serta menjambak rambutnya. Lida dan mulut Dedi terus saja melumat dan menghisap dengan kuat payudara Virna bergantian, kanan dan kiri. Dengan rakus Dedi memasukkan payudara itu ke dalam mulutnya, seraya menghisapnya kuat-kuat, dan lidahnya yang berulang-ulang mneggentel putingnya yang mesra. Gelombang nikmat mendera-dera Virna, membuat dia merintih kuat, dengan mata masih tetap terpejam. Berulang-ulang dedi melakukan hal ini. “Bagaimana Virna sayang...nikmat bukan ?” tanya ayah tirinya. “Oh ayah...apa yang ayah lakukan ?...ayah membuat Virna lemas....”, jawab Virna dengan tatapan sayu.Sementara itu tangan Dedi seperti bermata, bergerak secara perlahan dari dada Virna menuju ke perut kemudian ke bawah ke arah paha kemudian menyelinap di balik rok anak tirinya yang pendek. Tangan Dedi merasakan kelembutan kulit paha anak tirinya yang sangat halus dan berbulu halus. Ujung-ujung jarinya menari lembut di permukaan kulit paha itu yang bergerak menuju paha bagian dalam. Virna bergelinjang merasakan sentuhan ujung jari ayah tirinya di pahanya, namun ia tak kuasa menolaknya. Terpaan birahi yang bergelombang datangnya sangat tidak bisa dihindarkan oleh Virna yang masih belum tau apa-apa tentang birahi seksual itu, sehingga badannya lemas tak berdaya. Jari jemari itu bergerak semakin naik, sehingga akhirnya sampai pada permukaan celana dalam Virna yang sudah lembab. Jari itu bermain lembut di permukaan bawah dari celana dalam itu, menyentuh kelembaban yang menggetarkan. Dedi bisa merasakan air birahi anak tirinya sudah mengucur deras dari lubang kemaluannya, ia tersenyum, menyadari bahwa nafsu birahi anak tirinya sudah terbangkitkan. “Ayah.....apa yang akan ayah lakukan ?” desah Virna sambil menatap ayahnya, saat bagian pribadinya disentuh oleh ayah tirinya. Dedi kembali tersenyum, seraya berkata “ Virna, tahukah kamu bahwa aya sangat menyayangimu ?....”, kata-kata Dedi leuncur dengan lembut seraya kemudian diikuti dengan lumatan lembut dan hisapan kuat kembali dari mulut Dedi ke payudara Virna yang samngat mempesona itu. Dihisapnya kedua ujung payudara indah itu bergantian kanan dan kiri sekaligus dipermainkannya putingnya dengan memberikan gigitan-gigitan kecil pada puting yang berwarna mera jambu itu. Virna kembali merintih kuat “ Oh ayah....nikamat sekali....oh...Virna tidak kuat ayah.....”, kedua tangannya kembali menjambak rambut ayahnya, seraya kedua kepalanya digelengkan ke kanan dan ke kiri untuk mengekspresikan kenikmatan yang melanda kedua payudara yang selama ini sangat dijaganya, bahkan terhadap Tommy pacarnya. Payudara yang sangat montok itu tenggelam dalam lumatan mulut Dedi yang sangat rakus. Hampir tidak tahan rasanya Virna menerima gelombang kenikmatan yang terus menerus dipompakan ayah tirinya.Di saat Virna sedang meregang nikmat merasakan lumatan di dadanya, sehingga separuh kesadarannya hilang, jari –jari dedi menerobos dari pinggir celana dalam Virna, masuk ke daerah yang diselimuti oleh bulu-bulu halus yang menutupi lubang kemaluannya. Jari itu terus menerobos masuk menuju gua lembab yang terasa hangat. Dedi merasakan ujung-ujung jarinya merasakan cairan di depan lubang vagina Virna. Jarinya mengusap lembut bibir vagina yang ditumbuhi bulu-bulu halus tersebut, hingga akhirnya bertemu dengan sebuah benda menonjol du ujung atas vagina anak tirinya. Akhirnya jari-jari itu berhenti ditonjolan lembut itu, disentuhnya kemudian dimainkannya dengan gemas. Virna berteriak hebat, “Oh Ayah...oh....aku....aku.....” Virna tidak meneruskan kalimatnya, karena kemudian secar tiba-tiba ayah tiorinya menarik celana dalamnya dengan gerakan yang tak terduga, demikian cepat sehingga akhirnya celana itu sampai di ujung jari kakinya. Tak kuasa Virna melarangnya, begitu lemasnya seluruh badannya saat itu. Ia pun tak kuasa saat Dedi merenggangkan kedua pahanya dan menempatkan dirinya di antara ke dua paha indahnya. Sesaat Dedi tercenung mengamati vagina Virna yang terbuka lebar, berwarna merah muda, dengan di pinggirnya diselimuti bulu-bulu halus yang tidak terlalu lebat, tumbuh teratur disekeliling bibirnya, tampak cairan birahi mengalir dari lubang gua yang mereka indah itu. Inilah pemandangan yang paling sangat menggiurkan yang pernah ia saksikan sepanjang hidupnya. Belumpernah ia mendapati keindahan vagina sperti ini. Walaupun ia sudah berulang kali berhubungan dengan intim dengan beberapa wanita, termasuk dengan sekretaris-sekretaris cantik di kantornya, tapi tidak ada yang memiliki vagina seindah ini, tidak juga Mira istrinya. Namun Dedi menyadari, ia tidak bisa berlama-lama mengagumi vagina indah ini, ia tahu Virna akan sangat malu bila vaginanya terlalu lama dipandang, sehingga bisa-bisa ia akan menutup paanya kuat-kuat dan tidak mau disentuh lagi. Dedi segera memajukan mukanya, tercium bau vagina yang khas dan sangat menggetarkan batin Dedi. Inilah bau vagina perawan. Mulutnya menyentuh permukaan bibir vagina anak tirinya, membuat Virna bergetar hebat. Lidahnya menyapu lubang vaginanya, merasakan cairan vaginanya yang terasa nikmat di lidahnya, kemudian lidah itu menyusuri vagina sehingga ke sudut atas dan bertemu dengan tonjolan merah sebesar kacang tanah. Digerak-gerakkan lidah itu mempermainkan klitoris yang sudah mekar tersebut, dijungkit-jungkitkannya ke atas, ke kanan dan ke kiri. Virna melotot dan melengkungkan punggungnya menahan kenikmatan yang melanda vaginanya, sera berdesah “ Oh....geli sekali ayah...oh...Virna tidak tahan....oh ayah....jangan siksa virna ayah...ohhh.....”. Dedi tidak peduli terus mempermainkan lidah dan mulutnya di vagina anak tirinya, sementara kedua tangannya masih meremas dan mempermainkan kedua payudata indah itu seraya menggentel-gentel putingnya. Tiba-tiba, dedi menjepitkan ke dua bibirnya pada klitoris Virna, giginya digigitkan secara lembut dan perlahan dan diakhirinya dengan isapan yang sangat kuat pada klitoris Virna. Akibatnya sangat hebat, Virna menjerit kuat, sangat kuat sehingga membahana di seluruh rumah, tidak peduli terdengar orang lain atau tidak, mengekspresikan gelombang kenikmatan yang datang melanda vagina dan seluruh tubuhnya, tubuhnya menggelinjang kuat, kepala di dongakkan ke atas dengan kedua bola mata setengah terpejam dan hanya nampak bagian putihnya saja, disertai dengan jeritan “ Oh ayahhhhhhhh....Virna keluarrrrr........oh ayahhhhh......nikmaaaaaaat bangetttt....oh....crot......crot......crot....... crot......”, mengalir deras cairan dari lubang vagina Virna, dijilat dan ditelan habis oleh mulut Dedi. Mulut Dedi sangat rakus menjilati dan menghisap cairan yang keluar dari lubang kemaluan anak tirinya, tanpa rasa jijik sama sekali. Bersih dan tuntas cairan itu dijilati, bahkan samapi getaran tubuh Virna berhentipun mulutnya masih menjilati seluruh permukaan vagina anak tirinya itu. Lemas tubuh Virna dibuatnya, terasa terbang rasanya di awang-awang, seakan-akan tubunhnya mengapung tinggi di awan. Belum pernah ia merasakan kenikmatan yang asing seperti ini. Oh sungguh nikmat sekali rasanya. “Bagaimana sayang, nikmat gak rasanya ?” Dedi berkata lembut seraya tersenyum pada anak tiri yang sangat disayanginya itu, sambil memeluknya hangat dan membelai lembut rambutnya. “Oh ayah.....Virna ....Virna.....apa yang ayah lakukan pada Virna....”tak kuasa Virna menjawab langsung pertanyaan ayahnya, memerah muka Virna mendapat tatapan ayahnya yang menggoda.“Bagaimana, apa hatimu masih sakit setelah ayah hibur tadi ?” lagi-lagia ayahnya menggoda. “Ayah.....ayah.... keterlaluan menggoda Virna”, memukul lembut Virna ke dada ayahnya dengan gemas, sambil mulutnya merengut. Dedi tidak tahan, direngkuhnya tubuh sintal anak tirinya dikecupnya lembut bibirnya dan dipeluknya erat. “Kapan-kapan boleh ayah lakukan lagi yang lebih enak sayangku ?” tanya ayahnya pada Virna. Virna pun mengangguk seraya berkata “Mau....ayah....Virna mau lagiiiii.....”, Virnapun mendekap erat ayahnya di sofa itu. Mereka kemudian tertidur di sofa itu. Sebelum tidur Dedi berpikir, langkah pertama sudah tercapai, tinggal langkah-langkah berikutnya, sehingga suatu saat anak tirinya ini akan mau menjadi budak seksnya.

No comments:

Post a Comment