Sambungan dari bagian 04
Sekarang terpampanglah sepasang bukit kembar yang sangat indah. Putingnya yang coklat muda tampak menonjol di bukitnya yang putih. Kukecup putingnya, dia menggerinjal. Kucium susu kirinya sambil kuremas susu kanannya. "Aaacchh.. Mass.. sshh.. sshh.. aaduuhh.." kedua tangannya menjambak rambutku. Kulirik dia, ternyata dia sedang melihat ke TV dimana sedang ada adegan orang sedang bersetubuh. Tanganku segera mengusap-usap pahanya, turun ke dengkul, naik lagi. Kuusap-usap vaginanya dari luar CD-nya. Sudah basah. Kumasukkan tangan kananku ke dalam CD-nya. Bulu rambutnya masih sedikit. Kuusap-usap bibir kemaluannya. Lalu kumasukkan jari tengahku ke liangnya. Becek banget ya.
Karena kurang leluasa, kubisikkan, "Sar, Mas sayang banget sama Sara.."
"Mas.. Saarraa.. jugaa sayaanngg Mass.." desahnya.
"Mas buka yaa.."
Dia menatapku tajam. Tapi tanganku mulai menurunkan CD-nya. Dia tidak menolak, bahkan membantuku dengan menaikkan pantatnya. Setelah CD-nya terbuka, tampaklah seonggok daging yangindah sekali bentuknya. Agak tembem. Kucium perlahan. Baunya segar sekali. "Maass.. aahh.." desahnya keras sambil pantatnya terangkat ke atas.
Penisku sakit karena tegangnya sudah maksimum dan terjepit celana. Aku berdiri melepaskan semua pakaianku. Dia hanya memandangiku sayu. Bugillah kita berdua di kasur yang luas.
Kubenamkan wajahku di sela-sela pahanya yang membuka. Kujilati seluruh permukaan vaginanya. Kumasukan lidahku mencari kacang kedelenya. Begitu tersentuh. Dia menggelinjang keras."Aduuhh.. Mass.. aahh.. ennaakk.. Mass.. teruss.. terruuss.. oohh..gellii.. Mass.. oohh.." Sambil pantatnya goyang kiri dan kanan, naik dan turun.
Tak lama kemudian, tiba-tiba dia menekan kepalaku dan menjepit dengan pahanya. "Aaahh.. Maass.." Sara berteriak keras sekali. Dan, "Syur.. syurr.." mengalirlah cairan kenikmatan dari liang vaginanya ke mulut dan lidahku. Hidungku pun kena cipratannya. Kujilat. Ah, rasa itu kembali kurasakan. Setelah sekian lama tak kurasakan. Kuhayati rasanya. Kok yang ini lebih manis dari punya Titin yang pernah kurasakan, kujilati seluruhnya sampai bersih tak tersisa. Sara makin berteriak, "Mass.. uudaah.. Mass geli.."
Lalu aku naik, kupeluk dia dengan mesra. Penisku yang masih tegang, menyenggol pahanya. Kutempelkan ke mulut vaginanya.
"Ohh.. Mass.." desahnya lirih.
"Sar, Mass masukkan boleehh?" tanyaku sambil menatap wajahnya memohon persetujuannya.
Dia hanya mengangguk lemah. Hebat sekali muridku ini. Apa karena dia keturunan Pakistan ya sehingga nafsunya besar.
Kukangkangkan pahanya. Kupegang penisku, kuarahkan ke sana. Terasa hangat kepala penisku menyentuh bibir vaginanya.
"Pelan-pelan yaa Mass.." pintanya."Tentu dong Sayaangg.." jawabku mesra.
Kudorong sedikit, meleset. Kudorong lagi, nah mulai masuk kepalanya. Kulihat dia meringis-ringis, kutahan sebentar sampai dia tidak meringis lagi. Kutekan perlahan-lahan, dia meringis lagi. Saat kulihat sudah sepertiganya masuk, kutarik sedikit, tekan sedikit, tarik sedikit perlahan-lahan dengan penuh perasaan.
Kutekan lebih dalam. Sudah setengahnya masuk. "Aaahh.. Mass.. saakiitt.. Mass.. aduuhh.. sshh.." Kutahan, kudiamkan sebentar lalu kutarik lagi. Maju mundur perlahan-lahan. "Adduuhh..enaakk.. Mass.. aahh.. shhshshsh.. Ayoo.. Mass.. hmm.. yang.. dalam.. Mass.. aahh.."
Karena sudah ada lampu hijau, kutekan dengan sekuat tenagaku. "Bless.." penisku seperti menabrak kain tipis yang langsung sobek. "Auuwww.. Mass.. sakiitt.. periihh.. Mass.. aduuhh.." teriaknya. Aku tidak peduli karena situasi rumah yang sepi. "Ooohh.. selaput dara.. aku berhasil menembusmu," batinku. Seluruh penisku seperti dipijit dan diremas mesra.
Aku diamkan beberapa saat sampai vaginanya bisa menerima kehadiran penisku dan dia tak merasa kesakitan lagi. Sementara itu dia melirik lagi ke TV. Saat itu di TV sedang ada adegan doggy style. Aku merasakan kedutan-kedutan halus di penisku. "Udah saatnya nich.." batinku.
Kucabut perlahan-lahan lalu kutekan lagi dengan sangat perlahan. Berulang-ulang. "Ohh.. Mass.. oohh.. aahh.. enaakk.. Mass.. oohh.. aduuhh.. aahh.." desahnya. Rupanya rasa sakitnya sudah hilang, berganti dengan kenikmatan. Bukan main rasanya. Sempit sekali vagina si Sara ini. Jepitannya terasa di seluruh penisku. Ketika kutarik, sepertinya vaginanya tak rela. Nyedot rasanya.
Lama-lama kupercepat sedikit demi sedikit. Setelah terasa sangat licin. Makin cepat dan makin cepat. Kulihat kepalanya bergoyang kiri ke kanan. Susunya bergoyang-goyang indah. Ah, indahnya pemandangan itu. "Aaahh.. cepet Mas.. cepet.. Mass.. yang dalem Mass.. ayoo.. Mas.. yang dalem Maass.."
Pantatnya kini sudah bisa mengimbangi gerakanku ke kiri dan ke kanan. Penisku seperti dipelintir rasanya. "Sudah masuk semua kok masih teriak-teriak yang dalem, "batinku. "Dalem sekali liang vaginanya yaa." Memang aku tak merasakan kepala penisku menyentuh apa-apa. Kupercepat sampai mentok. Ah, nikmat rasanya.
Kira-kira 10 menit, dia mulai ngomong yang nggak jelas. Kupercepat lagi sekuatku sampai pinggangku agak sakit. Tiba-tiba kakinya membelit pinggangku. Pantatnya ke atas, lalu diputar-putar dengan cepat. "Aaacchh.. Mass.. akuu.. udaahh.." Aku yang tadinya juga sudah mau sampai, digoyang seperti itu, mau nggak mau bobol juga pertahananku. " Maass.. juugaa.. aahh.." teriakku sambil menekan penisku agar masuk lebih dalam. "Croott.. croott.. croott.." ada 5 atau 6 kali penisku menembakkan maninya di liang vagina Sara. Lalu aku terkulai lemas tak bertenaga di sebelahnya.
Kami berpelukan erat sekali.
"Kamu hebat sekali Sar.." kataku.
"Mas juga hebat.."
"Terima kasih ya, Sara.." kataku sambil mencium keningnya.
"Sara yang terima kasih sama Mas, Mas mau ngajarin Sara. Sara jadi tau kalau bercinta itu nikmat sekali.."
Kita berdua lalu tidur telanjang berpelukan di bawah selimut tebalnya.
Sorenya aku bangun karena aku merasa lapar dan dingin. Rupanya aku sudah tak berselimut lagi. Kupandangi Sara-ku yang masih tertidur dengan pulas. Kulihat ada lendir kemerahan dekat kakinya. "Oh darah perawan.." pikirku. Kecantikannya sangat alami. Kecantikan seorang gadis belia yang baru berumur 13 tahun, tapi ingin merasakan nikmatnya bercinta. Kuselimuti dia. Sementara itu gambar TV-nya sudah berwarna biru. Pertanda videonya sudah habis.
Gimana nih.. Aku lapar. Di rumah orang lagi. Biasanya aku disuguhi pisang goreng dan kopi susu. Aku memakai bajuku, dan berjalan di sekeliling kamarnya, mematikan TV. Kuperhatikan foto-fotonya di atas meja belajarnya. Masih lebih cantik orangnya daripada fotonya. Beruntung aku menemukan biskuit di atas meja belajarnya. Lumayan buat mengganjal perut.
Tak lama Sara bangun. Menggeliat-geliat sebentar. Lalu memanggilku.
"Udah lama bangunnya, Mas..?"
"Yaahh.. lumayanlah. Ini biskuitmu aku makan. Abis laper sihh."
"Makan aja nggak apa-apa kok Mass." katanya sambil bangkit dengan telanjang bulat. Lalu memakai pakaiannya.
Kalau aku boleh menilai, Sara pantas mendapat nilai 10. Karena aku sampai saat ini belum pernah melihat gadis yang lebih cantik dari dia. Apalagi body-nya.
"Sara ke bawah dulu ya Mass. Sara juga lapar."
Kira-kira 1 jam kemudian, Sara datang dengan membawa 2 piring nasi goreng yang baunya membuat perut keroncongan. Lalu kami makan berdua.
"Enak betul nasi gorengnya. siapa yang masak..?" tanyaku.
"Sara sendiri Mas."
"Lho.. Bi Inah ke mana?"
"Nggak tau tuh. Biasanya kalau sore dia suka ngobrol sama temen sebelah."
Makin sempurna saja nih si Sara. Cantik, pintar, bisa masak.
"Mass, mandi yuukk.." ajaknya, "Badan Sara lengket semua niicchh.."
Rekan pembaca yang budiman, beberapa hari yang lalu aku dan Sara masih ada jarak yang memisahkan. Antara murid dan guru. Sekarang setelah kami berhubungan badan, dia tanpa malu-malu malah mengajakku mandi bersama. Keadaan sudah berbalik 180 derajat.
Setelah melepaskan semua baju kami, lalu berbugil ria masuk kamar mandinya. Busyet.. kamar mandinya ada perahunya (bath tube). Ada air panasnya lagi. Setelah menyetel agar air hangatnya pas, kita berdua mandi di shower. Saling menyabuni, membuat penisku mengeras lagi.
Ketika aku sedang menyabuni susunya, sengaja kuremas-remas sampai bukit kembarnya mengeras dan putingnya menonjol. Dia mendesah, "Aaahh.. Mass.. teruuss.. Mass enaakk.. Mass.."Lalu kusiram, setelah bersih kusedot kedua bukit kembarnya bergantian. Sementara tanganku menyabuni vaginanya. Dia semakin belingsatan. "Maass.. oohh.. Maass.. aahh.."Kusiram vaginanya, lalu aku jongkok di hadapannya. Kujilat bibir kemaluannya. "Ooohh.. aahh.. Mass.. diapain Maass.." Lalu kaki kirinya naik ke bath tube, makin jelaslah isinya. Merah muda bagus sekali. Aku sampai berdebar-debar memandangnya.
Kemudian kusentuh kedelenya. "Auwww.. Mass.." Lalu kucium dengan penuh perasaan. Kujilat perlahan, dia makin menggelinjang tak karuan. Karena takut jatuh, dia lalu tiduran di dalam bath tube sementara pantatnya berada di pinggir bath tube. Makin terkuak lebarlah vaginanya. Kuserbu dengan jilatan-jilatan ganas. "Ohh.. aahh.. sshh.. aahh.. oohh.. Mass.. aduuhh.." suaranya meracau.
Aku ingin merasakan cairannya yang manis. Maka kupercepat jilatanku di kedelenya. Akibatnya pantatnya makin bergerak kian kemari. Tangannya menjambak-jambak rambutku. Tak lama kemudian, "Aaahh.. Maass.." dan, "Suurr.. syuurr.." mengalirlah air kenikmatannya. Rasanya gurih sekali. Manis, sedikit asin seperti tajin. Ah, segarnya. Kuhirup semuanya sampai tetes terakhir. Akhirnya dia tiduran di bath tube.
Lalu aku mandi. Menyabuni seluruh tubuhku. Ketika aku akan menyabuni penisku yang sedang tegang, dia bangkit.
"Mas, biar Sara aja yang nyuci.. Mass.."
Dia jongkok di depanku. Dipandangi dengan seksama penisku.
"Mass.. sebesar ini kok bisa masuk ya.." sambil menggenggamnya. Lalu disabuni batangku.
"Ohh.. nikmatnya.. aahh.." Lalu tangan kirinya memegang kantong pelirku. Sambil meremas perlahan.
"Kalau yang ini isinya apa Mass? kok isinya lari-lari sihh.." tanyanya.
"Itu adalah pabrik sperma, Sayang." kataku.
"Ooo.."
"Sara tadi siang liat nggak di TV yang perempuan menghisap punyanya laki-laki?" tanyaku.
"Liat Mas.. engg.. Mas mau Sara menghisap punya Mas..?" tanyanya.
"Ya.. kalau Sara nggak keberatan," sahutku.
"Eee.. gimana yaa.." katanya sambil mendekatkan wajahnya ke penisku.
Diciumnya penisku perlahan, karena wangi habis disabuni, dia sepertinya menikmati sekali. Lalu digesek-gesekkan ke pipinya, matanya, lehernya sambil matanya terpejam. Lama, dia melakukan itu. Punyaku berontak semakin tegang.
"Aaahh.. Mass.. punya Mas.. hangat.." desahnya.
"Ayoo doonngg.. dihisaap.." pintaku.
Dengan takut-takut kepala penisku dicium. Lalu batangnya balik lagi ke kepalanya. Lidahnya dengan ragu-ragu dikeluarkan. Mulai menjilat kepala penisku. Lidahnya yang agak kasar itu menggaruknya. "Aaahh.. yaa.. begitu.. yaa.. yaa.. aduuhh.. enaknya.. aahh.." Aku mendesah nikmat. Lalu lidahnya mulai menelusuri batangnya hingga kantong pelirku. Kantong pelirku dihisapnya. "Aduuhh.. enaknya.. aahh.." desahku makin keras.
Lalu dengan menatapku, mulutnya terbuka sedikit dan mengemut kepala penisku. Hangat terasa penisku. Maju mundur maju mundur sambil tetap menatapku. Dan.. dia mulai menghisap. Bukan main, muridku ini cepat belajar. Jauh lebih pandai dari Titinku dulu. Kalau Titin dulu, hisapan pertama, penisku kena giginya. Tapi Sara..? Aku yakin sekali kalau dia baru pertama melakukannya. Kok bisa..?
Hisapannya makin lama makin cepat dan kuat. Kupegang kepalanya agar dia lebih dalam menghisap. Dan kulihat separuh penisku masuk. Bukan main, Titin dulu hanya sanggup menelan kepalanya saja.Penisku sepertinya sudah tak sanggup menahan sensasi luar biasa yang diterimanya. Karena selain dihisap, Sara juga memainkan lidahnya di kepala penisku. Rasanya berkedut-kedut. Makin lama makin cepat, makin cepat makin cepat dan.. "Aaahh.." aku menjerit keras. Lalu, "Croott.. croott.." spermaku muncrat ke mulutnya. "Aaahh.. aduuhh.." aku terduduk lemas. Penisku pun melemas.
Kulihat sebagian spermaku mengalir keluar dari sela-sela bibirnya. Dia sepertinya sedang bingung merasakan rasa dari air maniku.
"Mass.. Airnya tertelan nggak pa-pa?"
"Nggak apa-apa Sar.. Ditelan malah enak kok.."
"Enaakk apa nggak?" tanyaku.
"Enak Mas.. seperti air santan kental agak asin."
"Itu proteinnya sama dengan 10 telor ayam kampung lho.."
Setelah agak mendingan kami mandi bersama lagi karena tadi keringetan. Sewaktu aku mengeringkan badannya dengan handuk, Sara memandangku agak lama. Susunya menegang keras, putingnya mulai menonjol lagi. Nafasnya sedikit memburu. Nah lho, mau apa lagi dia. Dia menarik tanganku keluar dari kamar mandi. Aku langsung didorong sampai terlentang di tempat tidur. Diraihnya penisku yang masih lembek. Diurut-urut, dipijat, sampai akhirnya mulai mengeras sendiri. "Hore.. kerass lagii.." teriak Sara kegirangan. Lalu tanpa ragu-ragu, diemut lagi penisku dengan ganas. Dihisap dengan keras. Karena aku takut spermaku keluar sia-sia, maka dengan cepat kutarik badannya ke atas tempat tidur. Kubanting agak keras, lalu kukangkangkan kakinya. Kucium bibir vaginanya, kujilat klitorisnya. Ternyata vaginanya sudah agak basah. Kujilat terus sambil kutekan lidahku ke klitorisnya. "Aaahh.. sshh.. sshh.. ayoo.. Mass.. cepeett.. Mass.." Aku tak perduli, terus saja kujilati klitorisnya.
Tiba-tiba dia bangun, aku ditindihinya, dikangkanginya. Tangannya memegang penisku, lalu diarahkan ke vaginanya. Digerak-gerakkan agar pas dengan lubangnya, lalu perlahan-lahan pantatnya diturunkan. "Aaahh.. Mass.." saat kepala penisku mulai masuk. Dengan sangat perlahan dia menurunkan pantatnya, sampai penisku masuk seluruhnya. Seluruh batang penisku serasa diremas oleh lubang basah hangat. "Aaahh.. Sara.. sshh.."
Lalu dia diam sebentar. Aku kaget ketika dia entah sengaja tidak menggerakkan urat-urat vaginanya. Seluruh batang penisku seperti dipijat. Diremas-remas oleh urat vaginanya yang cukup kuat. "Aaahh.. Sara.. kamu apaiinn.. hhgghh.." Dengan perlahan, sambil menggerak-gerakkan urat vaginanya, Sara mengangkat pantatnya. Gila rasanya. Penisku seperti ditarik. Sensasinya sampai ke ubun-ubun kepalaku. Seluruh badanku merinding tak sanggup menahan sensasi itu.Setelah kira-kira tinggal kepalanya saja yang terjepit, dengan perlahan pula diturunkan pantatnya. Ini juga, dia mengedut-ngedutkan urat vaginanya. Aku tak sanggup mengungkapkan dengan kata-kata apa yang sedang kurasakan.
Hebatnya, selama dia melakukan hal tersebut, matanya terus memandangiku.
"Gimana Mass.. enaakk?" katanya.
"Aduuhh.. sara.. Mas bisa matii.. keenakan.. niihh.."
"Tolong doonngg.. jangan siksa Mas seperti inii.." rintihku.
"Aaacchh.. sshh.. aahh.. oohh.." sara mendesah-desah sambil berpikir ini pasti bakat alaminya. Karena dia baru sekali ini bersenggama. Keturunan? Tak tahu aku..
Mungkin karena kasihan padaku atau kenapa, lalu dia mempercepat gerakan naik turunnya. Makin lama makin cepat. Susunya yang bergoyang-goyang, segera kuremas dengan keras untuk mengimbangi rasa geli dan ngilu di penisku. "Aduuhh.. saakiitt.. Maass.. Jangan keras-keras doonngg.." erangnya. Siapa yang perduli, lha wong aku aja juga disiksa begini. Disiksa?
Tak lama rasanya pertahananku mau jebol. "Saarr.. akuu.. maauu.. nyaammpee." lalu "Croott.. croott.." pejuku muncrat ke vaginanya. Sedikit yang keluar, karena sudah duakali. Tapi karena Sara belum sampai dia terus saja naik turun di atas tubuhku. "Saarr.. udaahh.. Mass.. ngaakk taahaann.." aku berteriak karena rasa geli dan ngilu yang tak tertahankan. Aku kelojotan. Wah, Ini tak bisa dibiarkan pikirku.
Lalu kucabut penisku dan kubalikkan tubuhnya, segera saja lidahku, menerjang dan menjelajah liang vaginanya. Kuhajar habis-habisan daging sebesar kedele itu dengan jilatanku yang ganas. "Aaahh.. Mass.. aahh.. oohh.. yanngg keeraass.. Maass.. yang.. cepaat Mass.." sambil tangannya menekan kepalaku. "Rasanya kok aneh begini? Ini pasti dari pejuku." pikirku. Lidahku sampai pegal tapi dia kok belum sampai juga yah. Kupercepat dan kuperkeras semampuku. Tak lama kemudian..
Kakinya menjepit kepalaku, tangannya semakin keras menekan kepalaku, pantatnya dinaikkan.Dan.. "Aaahh.. Maass.. akuu.. nggaakk.. kuaatt.." lalu, "Syurr.." Akhirnya keluar juga cairan kenikmatannya. Tak banyak. Aku hisap semua. "Aaahh.." aku tergeletak lemas di sebelahnya. Selesai sudah tugasku.
Malam itu aku dipaksa menginap di kamarnya. Sara seperti anak kecil yang menemukan mainan baru. Bukan main nafsunya seksnya. Kami main sampai kira-kira jam 2 malam. Semua posisi yang bisa kami lakukan, kami lakukan. Berdiri, jongkok, nungging, di karpet, di tempat tidur, di meja belajar. Dan sepertinya Sara tak pernah merasa puas, yang kuingat dia sampai 5 kali orgasme. Sedang aku sampai habis rasanya cadangan spermaku. Terkuras habis. Entah berapa kali aku orgasme. Aku merasa tak punya tulang lagi. Lemas sekali. Habis siapa yang sanggup menolak permintaan bidadari? Mungkin ini adalah sensasi yang terindah, selama hidupku.
Aku bangun pukul 8 pagi esok harinya, dan langsung pulang karena takut orang tuaku mencariku. Dan aku janji nanti sore akan kembali lagi.
Sejak saat itu, dengan alasan sudah mendekati ulangan umum, maka jamnya ditambah 1 jam menjadi 3 jam setiap pertemuan. Dan ruangan belajarnya pun pindah ke kamarnya. Setiap pertemuan, selalu kami isi dengan pertempuran dahsyat. Dan herannya kami tak pernah bosan dan tak pernah puas. Untuk mengimbangi Sara, aku harus banyak olahraga dan minum telor. Sara pun makin terlihat cantik.
Pernah suatu kali disaat kami sedang bertempur, adiknya mendadak masuk ke kamarnya. Dia menjerit lalu lari keluar. Aku dan Sara sama-sama kaget. Untungnya si Ketty takut sekali sama kakaknya sehingga tetap menjadi rahasia bertiga. Sehingga orang tuanya tidak mengetahui skandal kami.
Saat pembagian raport tiba, aku deg-degan sekali. Ternyata.. nilai Matematika, Fisika dan Kimianya adalah 8. Bahkan dia bisa masuk 10 besar. Orang tuanya sangat bangga padaku. Aku diberi uang banyak. Selanjutnya kami membuat perjanjian, untuk semester depan agar aku mengajar dia lagi. Selama kurang lebih 2 minggu aku tidak bertemu Sara karena orang tuanya mengajaknya liburan ke Bali. Walaupun aku sekarang tidak mengajar Sara, tapi aku sering mengunjunginya kalau orang tuanya sedang tidak berada di rumah.
Selanjutnya akan kuceritakan pengalamanku dengan adiknya Ketty yang masih berusia 12 tahun dan temannya Sara, Sari dan Rina.
Bersambung ke bagian 06
No comments:
Post a Comment