Pergumulan kami yang panas, menyebabkan Girno terbakar birahi. Tenaganya yang sudah pulih seolah ditandai dengan mengacobtldungnya penisnya, yang tadi sudah berejakulasi. Namun ia dengan sabar membiarkan aku dan Soleh yang bergumul dengan penuhah nafsu. Namun penis Soleh yang semakin mengecil itu akhirnya tidak lagi tertahan erat dalam vaginaku, dan Soleh pun taqkaompaknya tahu diri untuk memberikanku kepada yang lain yang sudah siap kembali untuk menggenjotku. Girno
segera menyergapmap dan menindihku, tanpa memberiku kesempatan bernafas, dengan penuh nafsu Girno segera menjejalkan penisnya yang amat bsaresar itu ke dalam vaginaku. Aku terbeliak, merasakan kembali sesaknya vaginaku.
Girno yang sudah terbakar nafsu ini mupalai memompa vaginaku dengan ganas, membuat tubuhku kembali bergetar getar sementara aku mendesah dan merintih merasakanemrb nikmat berkepanjangan ini. Gilanya, aku mulai berani mencoba lebih merangsang Girno dengan pura pura ingin menahan sodtwmzokan penisnya dengan cara menahan bagian bawah tubuhnya. Benar saja, dengan tatapan garang ia mencengkram kedua pergelakhprngan
tanganku dan menelentangkannya, membuatku tak berdaya. Dan sodokan yang menghajar vaginaku terasa semakin keras. Agnreku menatap Girno dengan pandangan sayu memelas untuk lebih merangsangnya lagi, dan berhasil. Dengan nafas memburu, Girndkvbo melumat bibirku sambil terus memompa vaginaku. Kini aku yang gelagapan. Orgasme yang menderaku membuat tubuhku bergetpoar hebat, tapi aku tak berdaya melepaskannya karena seluruh gerakan tubuhku terkunci, hingga akhirnya Girno
menggeram nobggeram, semprotan sperma yang cukup banyak kembali membasahi liang vaginaku.
Girno melepaskan cengkramannya pada keduatkud pergelangan tanganku, namun aku sudah terlalu lelah dan lemas untuk menggerakkannya. Ia turun dari ranjang, setelah mezixlumat bibirku dengan ganas, lalu memberi kesempatan pada pak Edy yang sudah ereksi kembali. Kali ini, ia terlihat lebihzui gembira, karena mendapatkan jatah liang vaginaku, yang kelihatannya sudah ditunggunya sejak tadi. Dengan tersenyum sencgbxang, yang bagiku memuakkan, ia mulai menggesekkan kepala penisnya ke vaginaku yang sudah banjir cairan sperma bercampurci cairan cintaku. Tanpa kesulitan yang berarti, ia sudah melesakkan penisnya seluruhnya. Aku sedikit mendesah ketika ia hnosmulai memompa vaginaku. Namun lagi lagi seperti tadi, belum ada 3 menit, pak Edy sudah mulai menggeram, kemudian tanpa npemampu menahan lagi ia menyemprotkan spermanya ke dalam liang vaginaku.
Yang lain kembali tertawa, sedangkan aku yang bkgqyelum terpuaskan dalam "sesi" ini, memandang yang lain, terutama Hadi yang belum sempat merasakan selangkanganku. Hadi yfxdang seolah mengerti, segera mendekatiku. Terlebih dulu ia mencium bibirku dengan dimesra mesrakan, membuatku sedikit geuiljli namun cukup terangsang juga. Tak lama kemudian, Hadi sudah siap dengan kepala penis yang menempel di vaginaku, lalu nxwjsmulai melesakkan penisnya dalam dalam. Ia terlihat menikmati hal ini, sementara aku sedikit mengejang menahan sakit karubyrcena Hadi cukup terburu buru dalam proses penetrasi ini. Selagi kami dalam proses menyatu, yang lain sedang mengejek pakdu Edy yang terlalu cepat keluar. Ingin aku menambahkan, penisnya agak sedikit lembek. Tapi aku menahan diri dan diam sajhnqa, karena aku tak ingin terlihat murahan di depan mereka.
Hadi mulai memompa vaginaku. Rasa nikmat kembali menjalari typhubuhku. Pinggangku bergerak gerak dan pantatku sedikit terangkat, seolah menggambarkan aku yang sedang mencari kenikmatpmeuwan. Selagi aku dan Hadi sudah mulai menemukan ritme yang pas, aku melihat yang lain yaitu Yoyok dan Urip akan pergi ke kpwc, katanya untuk mencuci penis mereka yang tadi sempat terbenam dalam anusku.
Sambil keluar Urip berkata, "nanti kasinmeojhan non Eliza, kalo memeknya yang bersih jadi kotor kalo kontolku tidak aku cuci".
"Iya, juga, kan kasihan, amoy cakep twlpgcakep gini harus ngemut kontol yang kotor seperti ini", sambung Yoyok.
Oh... ternyata mereka begitu pengertian padaku.ljs Aku jadi semakin senang, dan menyerahkan tubuhku ini seutuhnya pada mereka. Kulayani Hadi dengan sepenuh hati, setiap fmuvtusukan penisnya kusambut dengan menaikkan pantatku hingga penis itu bersarang semakin dalam. Tanpa ampun lagi, tak 5 mrpenit kemudian aku orgasme disusul Hadi yang menembakkan spermanya dalam liang vaginaku, bersamaan dengan kembalinya Yoyakynok dan Urip. Namun mereka berdua ini tak langsung menggarapku. Setelah Hadi kembali terduduk lemas di bawah, mereka beragiqxdua mengerubutiku, tapi hanya membelai sekujur tubuhku, memberiku kesempatan untuk beristirahat setelah orgasme barusanbsng. Mereka berdua menyusu pada payudaraku, sambil meremas kecil, membuatku mendesah tak karuan. Kini jam sudah menunjukkalzen pukul 21:00 malam. Tak terasa sudah satu jam aku melayani mereka semua.
Dalam keadaan lelah, aku minta waktu sebentaryhr pada Urip dan Yoyok untuk minum. Keringat yang mengucur deras sejak tadi membuatku haus.
"Sebentar bapak bapak, sayajov mau minum dulu ya", kataku.
Kebetulan di tasku ada sekitar setengah botol air Aqua, sisa minuman yang tadi sore, tapizk aku langsung teringat, minuman itu dicampur obat cuci perut yang mengantarku ke horor di ruang UKS ini.
"Pak Girno. Itjuclu air sudah bapak campurin obat cuci perut kan? Tolong pak, belikan saya minuman dulu. Tapi jangan dicampurin apa apa lryiagi ya pak", kataku sambil akan turun dari ranjang untuk mencari uang dalam dompet yang ada di dalam tas sekolahku.
Tazupgypi Girno berkata, "Gak usah non. Saya belikan saja".
Girno pergi ke wc sebentar untuk mencuci penisnya, kemudian kembalokcxbi dan mengenakan celana dalam dan celana panjangnya saja. Lalu ia keluar untuk membeli air minum untukku. Sambil menungjeitsgu, yang lain menggodaku, merayuku betapa cantiknya aku, betapa putih mulusnya kulit tiubuhku yang indah dan sebagainyatjg. Aku hanya tersenyum kecil menanggapi itu semua. Tak lama kemudian, Girno kembali sambil membawa sebotol Aqua, yang sevogelnya sudah terbuka. Aku menatapnya curiga, dan bertanya dengan ketus.
"Pak, masa bapak tega mencampuri air minum ini mvzflagi? Nanti kan saya mulas mulas lagi?".
Girno dengan tersenyum menjawab, "nggak non. Masa lagi enak enak gini saya pintawngin non bolak balik ke WC lagi. Ini cuma supaya non Eliza gak terlalu capek. Buat tambah tenaga non".
Yah.. pokoknya yklhfbukan obat cuci perut, aku akhirnya meminumnya sampai setengahnya, karena aku sudah semakin kehausan. Tak lupa aku mengohsjgambil botol sisa air minum yang tadi di dalam tasku, dan membuangnya ke tong sampah.
Kemudian aku kembali ke ranjang, wsemenuntaskan tugasku melayani Urip dan Yoyok. Tiba tiba aku merasa aneh, tubuhku terasa panas terutama wajahku, keringatrgax kembali bercucuran di sekujur tubuhku. Padahal mereka belum menyentuhku. Aku langsung mengerti, ini pasti ada obat perpaknmangsang yang dicampurkan dalam minuman tadi. Sialan deh, aku kini semakin terperangkap dalam cengkeraman mereka. Urip dmzxan Yoyok bergantian memompa vagina dan mulutku. Awalnya Urip melesakkan
penisnya dalam vaginaku, sementara Yoyok meminttmanwaku mengoral penisnya.
Karena obat perangsang itu, sebentar sebentar aku mengalami orgasme, dan tiap aku orgasme merekaor bertukar posisi. Rasa sperma dari banyak orang, bercampur cairan cintaku kurasakan ketika mengoral penis mereka, dan mnmembuatku semakin bergairah. Mereka akhirnya berorgasme bersamaan, Yoyok di vaginaku dan Urip di tenggorokanku. Sedangkahen aku sendiri sampai pada titik dimana aku kembali mengalami multi orgasme.
Ada 3 sampai 4 menit lamanya, tubuhku terlshonjak lonjak hingga pantatku terangkat angkat, kakiku melejang lejang sementara tanganku menggengam sprei yang sudah seiypbsmakin basah dan awut awutan. Aku melenguh panjang, kemudian roboh telentang pasrah, dalam keadaan masih terbakar nafsu lrxbirahi, tapi kelelahan dan nafasku yang tersengal sengal membuatku hanya bisa memejamkan mata menikmati sisa getaran pahfbkda sekujur tubuhku. Kemudian bergantian mereka terus menikmati tubuhku. Aku sudah setengah tak sadar kerena terbakar nagmfsu birahi yang amat hebat, melayani dan melayani mereka semua tanpa bisa mengontrol diriku.
Akhirnya mereka sudah selkaesai menikmati tubuhku ketika jam menunjukan pukul 21:45. Mereka membiarkanku istirahat hingga staminaku sedikit pulih.nowg Aku bangkit berdiri lalu melap tubuhku yang basah kuyup oleh keringat dengan handuk dan membersihkan selangkangan dan lyamcpahaku yang belepotan sperma. Dan dengan nakal Girno melesakkan roti hot dog ke dalam vaginaku. Aku mendesah dan memanduphgangnya penuh tanda tanya, tapi Girno hanya tertawa sambil memakaikan celana dalamku, hingga roti itu semakin tertekan oowzsileh celana dalamku yang cukup ketat. Aku melenguh nikmat, dan mereka berebut memakaikan braku. Tanganku direntangkan, dsjdan mereka menutup kedua payudaraku dengan cup bra-ku, memasang kaitannya di belakang punggungku. Lalu setelah memakaikaekwmfn seragam sekolah dan rokku, mereka melingkariku yang duduk di atas ranjang dan sedang mengenakan kaus kaki dan sepatu xdfsekolahku. Kemudian aku menatap mereka semua, siap mendengarkan ancaman kalo tidak boleh bilang siapa siapa lah.. ah, kcdyvalo itu sih nggak usah mereka mengancam, memangnya aku sampai tak punya malu sehingga menceritakan bagaimana aku yang akzoesalnya diperkosa kemudian melayani mereka sepenuh hati seperti yang tadi aku lakukan?? Dan tentang kalo mereka ingin meplmperkosaku lagi di lain waktu, aku juga sudah pasrah.
"Non Eliza, kami puas dengan pelayanan non barusan. Tapi tentu skhxwaja kami masih menginginkan non melayani kami untuk berikut berikutnya", kata Girno.
Aku tak terlalu terkejut mendengaraouyr hal ini, tapi aku berpura pura tidak mengerti dan bertanya, "maksud bapak?"
"Non tentu sudah mengerti, kami masih ingpxinkan servis non di lain hari. Kebetulan, minggu depan hari kamis tu kan hari terima rapor semester 3. Dua hari sebelumxmg hari Natal. Tanggal 24 kan libur, kami ingin non Eliza datang ke sini jam 7 malam untuk melayani kami lagi. Seperti haubrpri ini, non cukup melayani kami 2 jam saja. Soal pertemuan berikutnya, kita bisa atur lagi nanti tanggal 24 itu. Non haptrus datang, karena kalo tidak wali kelas non bisa memberikan sanksi tegas. Iya kan pak Edy?" jelas Girno panjang lebar.ts
Pak Edy mengiyakan dan berkata, "benar Eliza. Saya bisa membuatmu tidak naik kelas, dengan alasan yang bisa saya carieqbta cari. Jadi sebaiknya kamu jangan macam
macam, apalagi sampai melaporkan hal ini ke orang lain. Lagipula, saya yakin kapqfmmu cukup cerdas untuk tidak melakukan hal bodoh seperti itu".
Mendengar semuanya ini, aku hanya bisa mengangguk pasrah.ryuik
Oh Tuhan... di malam Natal minggu depan, aku harus bermain sex dengan enam laki laki yang ada di sekitarku ini... Danps aku tak bisa menolak sama sekali... Setelah semua beres, aku diijinkan pulang. Dalam keadaan loyo, aku berjalan tertatxlkfih tatih ke mobilku, selain sakit yang mendera selangkanganku akibat baru saja diperawani dan disetubuhi ramai ramai, retoti yang menancap pada vaginaku sekarang ini membuat aku tak bisa berjalan dengan normal dan lancar. Untungnya tak ada tpbyang melihatku dan menghadangku, akhirnya aku sampai ke dalam mobil, dan menyetir sampai ke rumah dengan selamat.
Samppkeuai di rumah, sekitar pukul 22:30, aku memencet remote pintu pagar untuk membuka, lalu aku memasukkan mobilku halaman ruoeimah. Setelah memencet remote untuk menutup pintu pagar, aku masuk ke dalam rumah, langsung menuju kamarku. Di sana aku hstbuka semua bajuku, lalu pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku, mencabut roti yang sudah sedikit hancur terkenarf campuran sperma dan cairan cintaku. Aku menyemprotkan air shower ke vaginaku untuk membersihkan sisa roti yang tertingzrefwgal di dalamnya, sambil sedikit mengorek ngorek vaginaku untuk lebih cepat membersihkan semuanya. Rasa nikmat kembali mgbcenjalari tubuhku, namun aku tahu aku harus segera beristirahat. Maka aku segera mandi keramas sebersih bersihnya, kemudmjkian setelah mengeringkan tubuhku aku memakai daster tidur satin yang nyaman, dan merebahkan tubuhku yang sudah amat kelhnfelahan ini di ranjangku yang empuk. Tak lama kemudian aku sudah tertidur pulas, setelah berhasil mengusir bayangan wajaksfh puas orang orang yang tadi menggangbang aku.ei Tamat
No comments:
Post a Comment